Oleh Leriani Buton
Dulu, aku memiliki kehidupan yang sangat suram di masa kecilku. Aku
nyaris tak punya teman ketika aku duduk di bangku SD dulu. Setiap kali
aku mencoba untuk mendekati mereka, mereka malah menjauhi dariku.
Padahal aku berusaha untuk bisa berteman dengan mereka, dulu aku menekan
rasa maluku untuk mendekati mereka. Namun, itu semua sia-sia. Mereka
menganggap suaraku hanyalah gemuruh yang lewat dan akan menghilang
setelah suasana menjadi cerah. Mereka bilang padaku, aku hanyalah anak
yang jelek, cupu’, dekil yang hanya dianggap sampah. Aku akui aku jelek
dan cupu’. Namun, aku ga’ dekil. Tapi itu adalah presepsi orang. Dan aku
harus terima itu. Aku hanya tak ingin membuat masalah.
Hingga di suatu ketika, ada seseorang yang datang di kehidupanku.
Sahabat pertama yang kumilki, dialah Arlen. Dia sangat baik padaku.
Setiap kali aku menagis karena ejekkan teman-temanku, dialah yang
menenangkanku. Meskipun kami masih kecil pada saat itu dan masih di
anggap anak ingusan, namun bagiku dia adalalah malaikat berwujud manusia
yang akan selalu menjagaku. Katika aku bersamanya, akhirnya banyak
teman-teman yang aku punya. Aku akui, ketampanan Arlenlah yang membuat
mereka mau berteman denganku. Aku sangat bahagia. Arlen selalu
mengatakan padaku untuk tidak menangis di kala aku di ejek dengan
sebutan mata kodok. Dia selalu bilang mataku ini indah seperti mata
bidadari.
Hingga di suatu ketika, Arlen pergi meninggalkanku. Dia
pindah di kota Ambon. Rasanya sulit bagiku menghadapi semua ini
sendirian. Teman-teman yang sempat ada, kini menghilang sejak
kepergiannya Arlen. Dan kini aku harus memulainya lagi dari awal .
Hari berganti hari. Tanpa terasa tahun-tahun pun
terlewatkan. Ternyata 8 tahun sudah aku dan Arlen tak pernah bertemu.
Bahkan sejak kepergiannya di hari itu, dia serasa benar-benar menghilang
tanpa ada sepatah katapun dan tanpa meninggalkan jejak. Aku hanya bisa
menangis ketika tahu dia sudah tidak ada di sisiku lagi. Begitu sulit
menghadapi teman-teman yang suka memilah-milah teman. Namun, aku tahu
aku akan mendapatkan sahabat yang baik di suatu hari nanti. Dan aku tahu
dengan kekuatan cinta yang aku milki, semuanya akan terlihat mudah
untuk dihadapi.
Ya,,,, ternyata semuanya telah terjawab, aku sekarang
memilki banyak teman dan bahkan lebih dari yang aku bayangkan. Aku tahu
Allah akan memberi jalan kepada orang yang mau berusaha untuk berubah.
Dan itu terbukti di kehidupanku.
Di tahun yang ke-8, di pertengahan tanggal bulan Desember lebih tepatnya
16 Desember 2008, Di kala itu aku masih duduk di bangku SMA. aku
mendapatkan nomor ponselnya Arlen dari salah satu sahabatku Antoni.
Kebetulan dia jalan-jalan ke ambon, dan bertemu dengan Arlen. Dari
situlah Arlen menitipkan nomor ponselnya kepada Antoni untukku. tanggal
17 Desember 2008 aku menghubungi Arlen. Namun, dia tak pernah membals
SMSku. Besoknya aku SMS dia lagi, namun tak ada sms balasan darinya.
Sejak sat itu aku pun tidak menghubunginya lagi. Aku berfikir, Antoni
cuman ingin mempermainkanku. Di hari yang ke-6, tepatnya tanggal 23
Desember 2008, aku di SMS sama Arlen. Itulah kali pertama aku dan Arlen
berhubungan lewat komunikasi telpon.
Ya Allah… betapa senangnya hatiku saat itu. Aku hanya
bisa terdiam mendengar kelembutan suaranya. Suaranya masih terdengar
seperti kami masih SD dulu, benar-benar lembut. Hingga disuatu hari aku
ngirim sms ke dia, namun dia tak membalasnya tapi dibalas sama temannya
yang bernama Alvin. Dari situlah akhirnya aku berteman dengan Alvin.
Ternyata Arlen sengaja membiarkan temannya yang membalas SMSku. Dia
ingin mendekatkanku dengan temannya Alvin. Sejujurnya hari itu aku agak
kecewa, tapi ternyata Alvin adalah orang yang baik yang memilki banyak
kesamaan denganku. Mulai dari aktivitas sampai dengan hal yang kami
sukai. Dan itu membuatku tarasa nyambung dengannya.
Semuanya masih berjalan dengan baik. Aku dan Alvin masih
tetap berteman baik. Dia selalu mengirim SMS disaat waktu yang tepat.
Sedangkan Arlen menghilang tanpa jejak. Aku sudah merasa nyaman dengan
Alvin. Namun, di saat Alvin akan menyatakan persaanya padaku, malah aku
menerima Arlen sebagai pacarku. Sungguh aku telah menyakiti persaan
Alvin.
Sejak saat itu, Alvin pun menghilang dari kehidupanku.
SMS yang biasanya ku terima dari dia setiap hari, kini tak ada lagi.
Mungkin dia marah padaku. Itulah awal persahabatnku hancur.
Seiring berjalannya waktu, aku pun semakin mengenal Arlen. Dia tak
seperti Arlen yang kumilki seperti dahulu. Lingkungan telah merubahnya.
Setiap kali dia ketemu denganku, dia selalu menceritakan
mantan-mantannya padaku. Yang lebih parahnya lagi dia bilang padaku
kalau dia masih mencintai mantannya. Dan lebih kacaunya lagi dia
menyukai sahabatku Regina. Ya ampun…. Aku tak bisa berkata apapun. Aku
hanya bisa tersenyum ketika dia mengatakan hal itu padaku. Entahlah apa
yang dia inginkan. Yang pastinya itu membuatku sakit mendengarnya. Dia
tidak memikirkan persaanku yang saat itu masih menjadi pacarnya.
Aku berusaha bersabar, setiap kali dia curhat tentang
masa lalunya aku selalu merubah statusku yang tadinya pacar, menjadi
sahabat setia yang akan mendengarkan semua yang ia katakan. Namun, aku
hanyalah manusia biasa yang punya perasaan. Aku tak kuat mendengar
pacarku selalu mengungkit-ngungkit mantan pacar yang masih dicintainya.
Kalaupun aku bertahan, entah sampai kapan aku bisa bertahan
menyembunyikan persaanku yang hancur setiap kali dia menceritakan hal
itu padaku?
Ya Allah… aku tak kuat menerima semua ini. Rasanya sakiiiit sekali…. Hingga di suatu hari aku
ngirim sms dia, namun nomor ponsel yang ku gunakan adalah nomor
ponselku yang baru. Dia membalas SMS ku. Namun di beberapa bulan
berikutnya, aku tak pernah mengSMSnya lagi. Dan dia juga tak pernah
mengSMSku.
Hingga di suatu hari, dia SMSan dengan fitria temanku,
dan bertanya kepada fitria kenapa aku ga’ pernah lagi menghubunginya?
Dan fitria menyampaikan hal itu padaku. Dua hari selepas itu, aku pun
mengirim SMS padanya. Dan dia membalas SMS ku juga dengan bertanya siapa
aku. Aku menyuruhnya menebak.
Awalanya tebakannya membuatku GR setengah mati. Dia berkata kalau akau
adalah pacarnya yang jauh namun dekat di hati. “hah,,,,melegakan,
ternyata Arlen masih mengingatku,” pikirku dalam hati.
Ternyata aku salah menduga, orang yang dia bilang pacar
yang jauh namun dekat di hati adalah bukan aku tapi pacarnya yang lain
Dea Yesika. Ya Ampun,,,, aku hanya berusa mengatur nafas untuk membuat
air mataku tak boleh terjatuh. Namun apa daya, aku adalah manusia biasa
yang punya persaan dan sore itu air mataku akhirnya jatuh juga. Ternyata
selam ini, dia tak pernah save nomor baruku. Aku hanya terdiam dengan
mata yang berkaca-kaca.
Setelah mengetahui kebenarannya, aku pun mengSMSnya kalau
yang dia tebak adalah salah. Ternyata dia tak pernah mengingatku.
Mungkin selama ini aku keGRan dengan apapun yang dia katakan padaku di
awal sebelum kami berdua berpacaran. Cinta telah membutakan mata hatiku.
Sampai-sampai aku tak bisa melihat ketulusan dari orang yang
menyayangiku. Dan Aku tak bisa membedakan yang mana kebohongan dan yang
mana kebenaran.
Setelah dia tahu kalau orang yang dia tebak adalah salah,
dia pun mengirim SMS ke fitria dan meminta nomorku. Kamu tahu, setelah
dia tahu kalau aku adalah orang yang SMSan dengan dia tadi, dia malah
meminta maaf kepada fitria bukan padaku. Aku heran, dia tak bisa
membedakan yang mana orang yang dia sakiti dan yang mana orang yang
harusnya di mintai maaf.
Tapi, tak apalah. Lagian aku bukan hakim yang harus
menuntut dia untuk mengucapkan maaf padaku. Bagiku Arlen yang ku milki
bukanlah Arlen yang ada padaku sekarang, tapi yang kumiliki hanyalah
Arlen yang dulu ketika kita masih di bangku Sekolah Dasar. Aku tak
membencinya, aku hanya kecewa dengan sikapnya yang sekarang. Waktu telah
merubah dia menjadi orang lain. Aku tak bisa menyalahkan siapapun. Yang
pastinya hidup ku akan terus berjalan meskipun tanpa Arlen.
Mungkin benar sahabat akan selamaya menjadi sahabat.
Namun, tak sedikit sahabat bisa menjadi cinta. Aku mengerti ini adalah
kesalahanku dengan Arlen. karena di dalam hubungan yang kami jalani, ada
seseorang yang kami sakiti. Dia adalah Alvin. “Maafkan aku
sahabatku…!!!! Aku berharap kita bisa bertemu lagi dan bisa bersahabat
seperti dahulu lagi.
Dan kini aku telah memaafkan semua yang telah terjadi. Aku tak bisa
membencinya hanya karena dia pernah menyakiti hatiku. Dia sama
sepertiku, dia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Selama 10 tahun berakhir, di tahun yang ke-11 aku baru ketemu lagi
dengan Arlen, ketika itu aku berencana pulang kampung. dulu kami pacaran
jarak jauh. Ternyata fellingku benar, dia telah berubah menjadi Arlen
yang tak ku kenal. Namun, dengan perubahnnya itu, tak kan membuatku
menghapusnya menjadi sahabat pertamaku.
Pertemuan kami terjadi begitu singkat. Ketika dia
melihatku, dia hanya meminta maaf atas semua yang telah dilakukannya
padaku di waktu dulu. Sebagai seorang sahabat, aku memaafkannya. Karena
aku tahu sahabat takkan pernah terubah hanya karena kebencian. Sejak
saat itu, aku pun membuka lembaran baru bersama Arlen dengan memulai
persahabatan yang dulu sempat hilang. Aku memang menyayanginya, namun
rasa sayang itu tak lebih dari rasa sayangku sebagai seorang sahabat.
Kesalahan di waktu dulu takkan terulang kembali.
Sejak saat itu, kami tak bertemu lagi. Karena aku harus
melanjutkan studyku di Makassar. Namun, bukan berarti kami kehilangan
komunikasi. Sesekali dia mengSMSku atapun sebaliknya. Aku akan menjalin
persahabatan ini dengan rasa sayang, kesaling hormatian, dan Saling
menasehati tanpa harus mendustainya. Aku tahu, bila aku memulai dengan
kebohongan, maka semuanya akan berakhir dengan kepahitan. Aku berharap
dia bisa mengerti dengan persahabatan yang kami jalani saat ini.
THE END