Karya : -
Pagi yang cerah ini aku dihadapakan dengan alam yang hijau dan langit
yang cerah untuk menyambut datangnya sinar mentari pagi. Sesekali di
arah timur, terlihat kemuning emas yang membahana, suara kendaraan yang
berlalu lalang dan suara si jago merah yang selalu membangunkan seluruh
umat di pagi hari. Meskipun semuanya terasa bising dan tak enak
didengar. Namun bagiku itu semua adalah keterpaduan suara musik yang
indah. Hembusan angin pun seolah tak mau kalah untuk memberikan nadanya
sendiri. Hati, jiwa, dan perasaanku pun ikut terbawa dengan semua itu.
Maha besar Allah yang telah menciptakan semua keindahan ini.
Subhanallah….
Di awal tahun 2012 ini, semua harus berubah. Tentunya menjadi lebih
baik. Hah,,, cerita di tahun 2012 akan segera di mulai. Dan yang
pastinya bersiaplah untuk semua yang akan datang padamu. Tetap
semangattttt……!!!!!!!
Hari kedua di tahun baru ini, aku menemukan teman baru yang begitu baik.
Dia selalu mengajakku chering di setiap waktunya. Dia adalah arvian.
Arvian adalah teman satu kampus dan satu fakultas denganku. Selama ini
aku tak menyadarinya, karena dulu aku tergolong orang yang kurang
bergaul dan juga pendiam. Kalaupun ada temanku, dia hanyalah Narnia dan
jesica. Arvian adalah mahasiswa yang pintar namun terkadang tak pernah
beruntung. Ada satu hal yang mesti diubah olehnya, sikap malasnya yang
selalu menggerogoti dirinya.
Terkadang dia sering datang terlambat disaat jam kuliah sudah dimulai.
Bahkan ada yang lebih parah dari itu, banyak tugas yang dia lalaikan.
Aku tahu semua ini, karena ternyata Arvian cukup terkenal di kampus
dengan julukan si malas. Dia hanya butuh motivasi. Entahlah apa yang
membuat dia seperti itu. Akupun tak tahu. Aku tak berani menanyakannya,
karena aku takut menyakiti persaannya. Terlalu sulit bagiku mencari
teman yang bisa di percaya, itulah yang menyebabkanku berusaha untuk
menjaga persahabatan ini.
Hari-hari baru menggelut dalam hidupku, Arvian teman baikku selalu hadir
di setiap lembar hari-hariku. Semakin lama, aku merasa dia semakin
berubah. Berubah menjadi anak yang manis. Sekarang dia sudah mulai
belajar membuang rasa malasnya dengan selalu tepat waktu mengikuti
jadwal kuliah dan selalu mengerjakan tugas-tugas kampus. Hah,,, aku
bahagia dengan perubahannya itu. Hal itu membuatku semakin yakin akan
sebuah perubahan. Akhirnya hal yang baik terjadi juga padanya. Memang
benar apa yang sering di katakan oleh Guru SMA ku dulu, “selalu ada
jalan untuk menuju ke arah yang lebih baik.” Namun, tak jarang jalan
yang kita tempuhi itu selalu mulus. Tetapi ada cara untuk memuluskannya
yaitu jangan pernah melupakan Tuhan di setiap hal apapun yang kita
lakukan. Dan keyakinan untuk berubah harus lebih besar dari pada sebuah
keegoisan. Yakinlah!!!! Tuhan selalu ada di setiap hal apapun yang kita
lakukan. Dan yang pastinya Dia selalu mengawasi kita.
Hari yang cerah untuk jiwaku yang cerah saat ini. Entahlah apa yang
tengah terjadi denganku. Aku merasa semuanya terasa menyenangkan bila
bersama dengan Arvian. Ya Tuhan… aku takut, persaan ini adalah cinta?
Aku takut menghancurkan persahabatan yang baik ini hanya karena
keegoisanku untuk memilikinya.
Setiap kali bertemu dengan Arvian, pasti hatiku terasa deg-degkan.
Namun, aku berusaha menyembunyikannya dan berusaha agar dia tidak tahu
apapun yang aku rasakan terhadapnya. Kami selalu bertemu di perpustakaan
untuk belajar bersama. Semua itu membuatku bahagia. Lambat laun
perasaan ini menggerogoti hatiku. Hah,,, aku pasti bisa menanganinya.
Ya, bisa!
Hingga di suatu hari, Arvian memanggilku. Dia ingin mengatakan sesuatu ke padaku.
“Vi, boleh nda’ aku nanya sesuatu ama kamu?” tanya Arvian serius.
“ hm… tentu saja” Jawabku.
“Kelihatannya kamu tidak suka menjalin suatu hubungan pacaran?”. Hahahahaha……. Aku tertawa lucu!
“ hm… tentu saja” Jawabku.
“Kelihatannya kamu tidak suka menjalin suatu hubungan pacaran?”. Hahahahaha……. Aku tertawa lucu!
“Ternyata cuman ini yang ingin kamu tanyakan padaku? kamu benar-benar
membuatku ingin tertawa.” Aku tetawa ngakak. Namun, semuanya terhenti
ketika Arvian menatapku dengan serius. Sumpah,,. Bola matanya itu
benar-benar indah. Matanya mencerminkan suatu ketulusan yang membuatku
langsung terpaku menatapnya.
“Aku serius Vi. Kita kan sahabatan, jadi kamu bisa donk jawab pertanyaanku?” wajah berharap.
“Hm,,,, gimana yach harus mengatakannya? aku juga bingung ngejelasinnya.
Intinya aku harus menyelesaikan semua studiku dulu baru dech aku bisa
pacaran.” nada meyakinkan.
“Cuman itu doank?” Tanya Arvian padaku. Sebenarnya sich ada masa laluku
yang suram and sorry aku ga’ bisa certain ke kamu. Maaf yach! ini bukan
pelit, tapi ini rahasia. Hehehe…..” Wajah meyakinkan dariku.
“Ok, aku bisa engerti kok”. Akupun merasa penasaran dan balik bertanya kepada dia.
“Bdw, kenapa kamu tanyakan hal itu padaku?” tanyaku penasaran.
“Bdw, kenapa kamu tanyakan hal itu padaku?” tanyaku penasaran.
“tidak , cuman pengen tahu aja” jawab Arvian. Selepas itu, aku dan
Arvian pun melupakan semuanya. Dan kami pun berpisah karena aku mesti
melanjutkan jam kuliahku.
Di kost,,,,
Sambi menggoreskan tinta di atas kertas putih diaryku. “Apa sebenarnya
yang dipikirkan Arvian?” Tanya hatiku. Hah, aku berharap dia hanya
sekedar ingin tahu, bukan karena dia memiliki perasaan yang sama
sepertiku.
Entah apa yang terjadi, aku mendengar kabar Arvian dan jesica kini sudah
jadian. Ya Allah,,, mengapa hal seperti ini terulang lagi padaku?
Ketika aku mulai mencintai seseorang, ternyata dia mencintai orang lain.
Sulit bagiku melihat mereka berdua selalu bersama. Aku sebagai sahabat,
hanya bisa ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh kedua
sahabatku. Namun, sebagai seorang wanita jauh didasar hatiku yang
terdalam ada luka yang sulit untuk diobati.
Arvian kini jarang bersamaku. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya
bersama jesica. Kalaupun disaat aku membutuhkannya, dia selalu membuat
banyak alasan untuk tidak bisa bertemu denganku. Hah,,, aku benar-benar
kehilangan dia.
“Maafkan atas semua kebodohan, keegoisan, dan semua kesalahan yang ku
perbuat. Aku hanya ingin kamu bicara padaku lagi. Jangan mendiami diriku
seperti ini. Ini semua membuatku tersiksa”.
Lambat laun setelah semua yang kulalui, kini aku menikmati kesendirian
ini dengan menata kehidupanku yang baru. Tak ada yang harus aku sesali.
Aku hanya butuh sebuah keyakinan untuk bisa bangkit menjadi diriku
Vianda Amryta renaldy kayak dulu lagi. Menjadi pribadi yang tegar tanpa
harus menangisi kenyataan yang menimpaku. Dunia ini begitu luas,
sehingga aku tak harus merasa sempit untuk hidup di dunia ini. Tak ada
yang bisa membuatku jatuh lagi.
Hingga suatu hari, Arvian datang padaku. Dia ingin memulai semuanya
seperti sebelum-sebelumya. Dan aku menerima dia lagi sebagai sahabatku.
Rasa yang dulu pernah ada kini telah terkikis habis oleh sang waktu.
Kalaupun masih tersisa itu mungkin 0,01%. Dan rasa 99,99% yang tersisa
hanyalah persaan sebagai sahabat.
Ketika Arvian meminta maaf karena telah menelantarkan persahabatan kami
selama ini. Dan berharap kami bisa menjadi sahabat kayak dulu lagi,
aku menerimanya dengan tangan terbuka. Ada satu hal yang selalu tertanam
di pikiranku. Menurutku, semakin banyak sahabat, semakin banyak rezeki
yang bakalan datang. Hehehe.
Aku tak mungkin tidak menerima Arvian menjadi sahabataku lagi. Karena
Aku hidup di dunia ini bukan hanya sendiri dan terlebih lagi aku tak
ingin rasa benci mengalahkan kekuatan cinta persahabat kami selama ini.
Selain itu aku tak ingin menyakiti dia dengan tidak menerimanya sebagai
sahabataku lagi. Aku hidup di dunia ini bukan untuk menyakiti orang
lain. Tapi, Aku hidup di dunia ini untuk menabur kebahagiaan di setiap
lembar-lembar kehidupanku bersama orang-orang yang mencintaiku, dan
orang yang aku cintai.
Semuanya akan berjalan dengan baik. Itulah kata yang selalu ku tanamkan
di dalam hatiku agar bisa melegakan apapun yang aku lakukan. Tetap
optimis dan membuat keyakinan bahwa semuanya akan berakhir dengan
bahagia. Bahagia bukan berarti harus membuatnya selalu menjadi sempurna.
Tapi bagaiman kita bisa membuat orang lain tersenyum tanpa harus
membuat sesuatu terlihat istimewa.
Hm…. Awan hitam menutupi cerahnya langit sore di makassar. Mungkin
sebentar lagi bakalan turun hujan. Di beranda kost, aku duduk sendiri
sambil memegang buku diaryku. Akupun terdiam dan memikirkan semua yang
telah terjadi. Sambil mengingat kembali semua kenangan-kenangan pahit
maupun manis bersama semua sahabat-sahabatku. Setelah itu aku pun
teringat Arvian, sahabatku. Sambil mengingat kenangan bersamanya, aku
meggoreskan tinta hitam diatas kertas putih diaryku.
“Aku mencintainya bukan karena keegoisanku, tapi aku mencintainya karena
dia adalah milik Yang Maha Kuasa. Aku tak harus menuntutnya untuk
mengikuti semua apapun yang aku mau. Yang aku inginkan hanyalah
kebersamaan di setiap langkah. Bila ternyata dia mempunyai rasa yang
sama seperti yang aku miliki, aku yakin Allah akan memudahkan jalannya
untuk bisa menemukan rasa itu. Tetaplah bahagia bersama jesica, walau
itu membuatku sakit. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Mungkin ini
adalah jalan terbaik untukku, dia dan jesica. Aku tak ingin menyakiti
hati jesica dengan cara merampas semua perhatiannya. Bila aku tak
mendapatkan hatinya sebagai pacar. Aku berharap, aku mendapatkan hatinya
sebagai sahabat.”
THE END